NASRUN 17630006 RPS V
NASRUN
17 630 006
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Jalan raya merupakan sarana atau
tempat untuk dilalui kendaraan baik itu kendaraan bermotor ataupun sejenisnya
yang melalui suatu jalan tersebut sehingga jalan raya merupakan sarana yang
sangat penting yang berpengaruh dalam segala aspek kehidupan. Dari segi manapun
jalan raya merupakan penggerak suatu ekonomi dan kemajuan dari suatu Negara. Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan
yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan
kelaikan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan
angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometrik.
Seringkalinya kita melihat
permasalahan lalulintas yang ada disekitar kita mungkin jalan banyak yang
berlubang, arus kendaraan yang terlalu banyak sehingga terjadi macet atau tidak
adanya alat lalulintas yang memadai. Permasalahan yang sering terjadi di
sekitar kita mungkin salah satunya ada yang tadi disebut. Sehingga kita merasa
kurang nyaman memakai atau melalui jalan tersebut.
Untuk mengatasi kemacetan dan kesembrautan
lalu-lintas tersebut diperlukan suatu sistem penentuan fase dan pengaturan
lalu-lintas yang baik dan sangat berpengaruh pada kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan
bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut. Sistem penentuan fase dan
pengaturan lalu-lintas biasanya lebih ditekankan pada lokasi-lokasi dimana
terjadi pertemuan-pertemuan jalan atau persimpangan jalan. Karena pada
pertemuan dua jalan atau lebih ini mengakibatkan adanya titik konflik yang
akhirnya terjadi kemacetan lalu-lintas.
BAB II
ISI
2.1. Parameter Arus Lalu Lintas
Parameter
lalu lintas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menjadi tolak ukur dari
kegiatan lalu lintas dalam sistem transportasi.
Parameter arus lalu
lintas dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Parameter
makroskopis, yang mencirikan arus lalu
lintas sebagai suatu kesatuan ( system ), sehingga diperoleh gambaran
operasional system secara keseluruhan.
Contoh : tingkat arus ( flow rates ), kecepatan rata-rata ( averange speeds ), tingkat kepadatan ( desity rates ).
Contoh : tingkat arus ( flow rates ), kecepatan rata-rata ( averange speeds ), tingkat kepadatan ( desity rates ).
2. Parameter
mikroskopis, yang mencirikan perilaku
setiap kendaraan dalam arus lalu lintas yang
saling mempengaruhi.
Contoh : waktu
antara ( team headway ), kecepatan masing-masing ( individual speed ), jarak
antara ( space headway ).
Secara makroskopis,
arus lalu lintas dibagi menjadi
empat macam :
1.
Arus
2.
Volume
3.
Kecepatan
4.
Kerapatan
2.1.1. Arus
Arus adalah jumlah kendaraan yang
melintas suatu titik pada suatu ruas jalan dalam waktu tertentu dengan
membedakan arah dan lajur. Satuan arus
adalah kendaraan/waktu atau smp/waktu
Arus lalu lintas terbentuk dari
pergerakan individu pengendara dan kenderaan yang melakukan interaksi antara
yang satu dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan dan lingkungannya. Karena
kemampuan idividu pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku
kenderaan arus lalu lintas tidak dapat diseragamkan lebih lanjut, arus lalu
lintas akan mengalami perbedaan karakteristik akibat dari perilaku pengemudi
atau kebiasaan pengemudi.
Arus lalu lintas
pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan bervariasi baik berdasar lokasi
maupun waktunya, oleh karena itu perilaku pengemudi akan berpengaruh terhadap
perilaku arus lalu lintas. dalam menggambarkan arus lalu lintas secara
kuantitatif dalam rangka untuk mengerti tentang keragaman karakteristiknya dan
rentang kondisi perilakunya, maka perlu suatu parameter. Parameter tersebut
harus dapat didefenisikan dan diukur oleh insinyur lalu lintas dalam
menganalisis, mengevaluasi, dan melakukan perbaikan fasilitas lalu lintas
berdasarkan parameter dan pengetahuan pelakunya.
Arus
menpunyai satuan kendaran dibagi waktu atau smp dibagi oleh waktu. Terkadang
kita sulit membedakan antara arus dan volume, berikut adalah perbedaannya:
Arus (flow) :
·
Membedakan lajur
·
Diukur pada waktu yang
pendek
·
Membedakan arah
Volume :
·
Tidak membedakan lajur
·
Diukur pada waktu yang
panjang (lama)
·
Tidak membedakan arah
2.1.1.1.Elemen
Arus Lalu Lintas
ü Karatkeristik
pemakai jalan
o Penglihatan
o Waktu
persepsi dan reaksi
o Karakteristik
lainnya
ü Kendaraan
o Kendaraan
rencana
o Kinerja
percepatan kendaraan
o Kemampuan
mengerem kendaraan
o Persamaan
jarak mengerem dan reaksi
ü Jalan
o Klasifikasi
jalan menurut fungsi
o Ciri
geometrik jalan
2.1.1.2.Karakteristik
Arus Lalu Lintas
ü Variasi
arus dalam waktu
o Variasi
arus lalu lintas bulanan
o Variasi
arus lalu lintas harian
o Variasi
arus lalu lintas jam-jaman
o Variasi
arus lalu lintas kurang dari satu jam
o Volume
jam perancangan
o Volume
perancangan menurut arah
ü Variasi
arus dalam ruang
ü Variasi
arus terhadap jenis kendaraan
2.1.1.3.Arus
Berdasarkan Jenis Fasilitas Jalan
Arus berdasarkan jenis fasilitas jalan
dibedakan menjadi 2, yaitu:
ü Arus
tak terganggu ( Uninterupted Flow )
Arus lalu lintas dihasilkan oleh interaksi antar kendaraan dengan
karakteristik system geometric jalan raya, pola arus lalu lintas hanya
dikontrol oleh karakteristik tata guna lahan yang membangkitkan perjalanan.
Tidak ada factor eksternal yang secara periodic menghentikan sementara arus
lalau lintas tersebut.
v Jalan
bebas hambatan (jalan tol)
v LRT
di link
ü Arus
terganggu ( Interupted Flow )
Arus lalu lintas tidak hanya dihasilkan oleh interaksi antar kendaraan
tetapi juga factor eksternal yang secara periodic menghentikan sementara arus
lalau lintas. Contohnya kendaraan diberhentikan secara periodic disimpang yang
diatur oleh lampu lalulitas.
v Persimpangan
bersinyal
v Persimpangan
tak bersinyal
v Bundaran
v LRT
di stasiun
2.1.2.
Volume
Volume adalah jumlah kendaraan yang
melewati suatu titik atau pada suatu ruas jalan dalam waktu
yang lama (minimal 24 jam) tanpa membedakan arah dan lajur.segmen jalan
selama selang waktu tertentu yang dapat diekspresikan dalam tahunan, harian (LHR), jam-an atau sub jam.
Volume lalu-lintas yang diekspresikan dibawah satu jam (sub jam) seperti, 15
menitan dikenal dengan istilah rate of flow atau nilai arus. Untuk
mendapatkan nilai arus suatu segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe
kendaraan maka semua tipe-tipe kendaraan tersebut harus dikonversi ke dalam
satuan mobil penumpang (smp). Konversi kendaraan ke dalam satuan smp diperlukan
angka faktor ekivalen untuk berbagai jenis kendaraan. Faktor ekivalen mobil
penumpang
Tipe jalan tak terbagi
|
Arus lalu lintas
|
Emp
|
|||
total dua arah
|
HV
|
MC
|
|||
(kendaraan/jam)
|
Lebar jalur
lalu-lintas
|
||||
< 6m
|
> 6m
|
||||
Dua lajur tak-terbagi
|
0
|
1.3
|
0.5
|
0.4
|
|
(2/2 UD)
|
≥ 1800
|
1.2
|
0.35
|
0.25
|
|
Empat lajur
tak-terbagi
|
0
|
1.3
|
0.4
|
||
(4/2 UD)
|
≥ 3700
|
1.2
|
0.25
|
||
(emp) ditabulasi pada Tabel 1.
Namun
demikian pengamatan lalu lintas ini diharapkan selama 24 jam perhari yang
biasanya untuk mengetahui terjadinya volume jam puncak (VJP) sepanjang jam
kerja baik itu pagi, siang maupun sore. Biasanya volume jam puncak diukur untuk
masing – masing arah secara terpisah. VJP digunakan sebagai dasar untuk
perancangan jalan raya dan berbagai macam analisis operasional. Jalan raya
harus dirancang sedemikian rua sehingga mampu melayani pada saat lalu lintas
konsisi VJP. Untuk analisis operasional, apakah itu terkait dengan
pengendalian, keselamatan, kapasitas, maka jalan raya harus mampu mengakomodasi
kondisi ketika VJP. Di dalam perancangan VJP kadang – kadang diestimasi dari
proyeksi LHR sebagaimana ditunjukkan pada rumus :
VJRD
= LHR x K x D
Dengan,
VJRD = Volume rancangan berdasarkan arah (smp/hari)
LHR = lalu lintas harian rata – rata (smp/hari)
K = proporsi lalu lintas harian yang
terjadi selama jam puncak
D = proporsi lalu lintas jam puncak dalam
suatu arah tertentu
Menurut
McShane dan Roess (1990), dalam kegunaan untuk perancangan nilai K sering
dinyatakan dalam bentuk proporsi LHR pada jam puncak tertinggi yang ke 30
selama satu tahun. Volume jam puncak tertinggi yang ke 30 sering digunakan
untuk perancangan dan analisis pada jalan raya luar kota, namun demikian untuk
jalan perkotaan digunakan volume jam puncak tertinggi yang ke 50. Faktor D
lebih bervariasi di mana pembangkit lalu lintas utama pada suatu kawasan untuk
kawasan perkotaan misalnya nilai D berkisar antara 0,5 sampai 0,6.
Koefisien pengali dari 15 menit ke 1 jam
: PHF
Koefisien pengali dari 1 jam ke 1 hari : faktor k
Perbedaan arus dan volume dapat
digambarkan pada tabel dibawah ini:
Lajur
|
Waktu
|
Arah
|
|
Arus
|
Membedakan
|
Singkat
|
Membedakan
|
Volume
|
Tidak Membedakan
|
Lama
|
Tidak Membedakan
|
Tabel 1.1
v Macam-macam
Volume Lalu Lintas
·
.Volume harian (Daily
volumes)
·
Volume perjam (DDHV)
·
. Volume per sub jam
1. Volume
harian
Di dalam pengukuran volume harian
dibedakan menjadi:
Ø Average
Annual Daily Traffic (AADT)
Ø Average
Annual Weekday Traffic (AAWT)
Ø Average
Daily Traffic (ADT)
Ø Average
Weekday Traffic (AWT)
2. Volume
perjam
Dapat
dirumuskan sebagai berikut :
DDHV = AADT x K x D
Dimana:
AADT :
Average Annual Daily Traffic
K : proporsi dari lalu
lintas harian yang terjadi selama jam puncak
D :
proporsi dari lalu lintas tiap jurusan pada jam puncak.
3. Volume
per sub jam
2.1.3.
Kecepatan
dirumuskan, V =
dimana,
V :
kecepatan (km/jam)
d :
jarak (km)
t :
waktu (jam)
Dalam suatu aliran lalu
lintas yang bergerak setiap kendaraan mempunyai kecepatan yang berbeda sehingga
aliran lalu lintas tidak mempunyai sifat kecepatan yag tunggal akan tetapi
dalam bentuk distribusi kecepatan kendaraan individual. Dari distribusi
kecepatan kendaraan secara diskrit, suatu nilai rata – rata atau tipikal
digunakan untuk mengidentifikasikan aliran lalu lintas secara menyeluruh.
Ada
dua jenis analisis kecepatan yang dipakai pada studi kecepatan arus lalu-lintas
yaitu :
a. Time
mean speed (TMS), yaitu rata-rata kecepatan dari
seluruh kendaraan yang melewati suatu titik pada jalan selama periode waktu
tertentu.
b. Space
mean speed (SMS), yaitu rata-rata kecepatan
kendaraan yang menempati suatu segmen atau bagian jalan pada interval waktu
tertentu.
Terdapat
3 jenis klasifikasi utama kecepatan yang digunakan yaitu :
a. Kecepatan
setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur
dari suatu tempat yang ditentukan.
b. Kecepatan
bergerak (Running Speed), yaitu kecepatan kendaraan rata-rata pada suatu
jalur pada saat kendaraan bergerak (tidak termasuk waktu berhenti ) yang
didapatkan dengan membagi panjang jalur yang ditempuh dengan waktu kendaraan
bergerak menempuh jalur tersebut.
c. Kecepatan
perjalanan (Jeourney Speed), yaitu kecepatan efektif kendaraan yang sedang
dalam perjalanan antara dua tempat, yang merupakan jarak antara dua tempat
dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara
dua tempat tersebut, dengan lama waktu ini mencakup setiap waktu berhenti yang
ditimbulkan oleh hambatan lalu lintas.
Perbedaan
analisis dari kedua jenis kecepatan di atas adalah bahwa TMS adalah pengukuran
titik, sementara SMS pengukuran berkenaan dengan panjang jalan atau lajur.
2.1.4.
Kerapatan
Kerapatan adalah jumlah kendaraan yang
menempati suatu panjang jalan atau lajur dalam kendaraan per km atau kendaraan
per km per lajur. Nilai kerapatan dihitung berdasarkan nilai kecepatan dan
arus, karena sulit diukur dilapangan.
dirumuskan, D
=
dimana,
q :
arus (smp/jam)
Vsms :
space mean speed (km/jam)
Ketiga unsur karakteristik dasar
lalu lintas merupakan unsur pembentuk aliran lalu lintas yang akan mendapatkan
pola hubungan :
1. Kecepatan
dengan Kerapatan
2. Arus
dengan Kecepatan
3. Arus
dengan Kerapatan
Kepadatan
lalu lintas adalah mungkin yang terpenting diantara ketiga parameter aliran
lalu lintas tersebut, karena terkait dengan permintaan lalu lintas yang
dibangkitkan dari berbagai tata guna lahan, bangkitan sejumlah kendaraan yang
terdapat pada suatu segmen tertentu dari jalan raya. Kepadatan juga merupakan
ukuran yang penting untuk mengetahui kualitas arus lalu lintas, dimana hal
tersebut mengukurprkiraan kendaraan, factor – factor yang mempengaruhi
kebebasan maneuver dan kenyamanan psikologis dari pengendara.
Adapun
hubungan antara tiga variable yang sudah dibahas seperti pada gambar dibawah
ini.
Dari
kurva terlihat bahwa hubungan mendasar antara volume dan kecepatannya adalah:
dengan bertambahnya volume lalu lintas maka kecepatan rata-rata ruangannya
tercapai. Setelah tercapai volume
maksimum maka kecepatan rata-rata ruang dan volume akan berkurang. Jadi kurva
ini menggambarkan dua kondisi yang berbeda dimana lengan atas untuk kondisi
stabil sedangkan lengan bawah menunjukan kondisi arus padat.
Hubungan
antara volume dan kerapatan memperlihatkan bahwa kerapatan akan bertambah
apabila volumenya juga bertambah. Volume maksumum terjadi pada saat kerapatan
mencapai titik Dm (kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah mencapai
titik ini volume akan menurun walaupun kerapatan bertambah sampai terjadi
kemacetan di titi Dj.
2.2.
Kapasitas
dan Tingkat Pelayanan
2.2.1.
Kapasitas
Jalan
Pengertian Kapasitas Jalan :
v Menurut
Highway Capacity Manual (HCM) 1965
“Capacity
is the maximum number of vehicles that can pass in a given period time.”
v Menurut
Clark H. Oglesby (1990)
Kapasitas suatu ruas jalan
adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup
untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu atau pun kedua arah) dalam
periode waktu tertentu.
1. Menurut
MKJI (1997)
Kapasitas adalah jumlah maksimum
kendaraan atau orang yang dapat melintasi suatu titik pada lajur jalan pada
periode waktu tertentu dalam kondisi
jalan tertentu atau merupakan arus maksimum yang dapat dilewatkan pada suatu
ruas jalan.
Macam-macam Kapasitas Jalan
a) Kapasitas
Dasar (Basic capacity)
Kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan
atau orang maksimum yang dapat melintas suatu penampang jalan tertentu selama
satu jam pada kondisi jalan dan lalulintas yang ideal.
Digunakan sebagai dasar perhitungan
untuk kapasitas rencana. Kapasitas dasar
merupakan kapasitas terbesar dibangun pada kondisi arus yang ideal.
Arus
dikatakan pada kondisi yang ideal jika kondisi jalan:
1. Uninterupted
flow
2. Kendaraan
yang lewat sejenis (kendaraan penumpang)
3. Lebar
lajur minimum :3,50 m
4. Kebebasan
samping : 1.80 m
5. Mempunyai
desain alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal yang bagus (datar, v=120
km/jam)
6. Untuk
lalu lintas 2 arah 2 lajur dimungkinkan gerakan menyiap dengan jarak pandang
500 m.
b) Kapasitas
Rencana (Design Capacity)
Kapasitas rencana adalah jumlah
kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintas suatu penampang jalan
tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku
tanpa mengakibatkan kemacetan, kelambatan dan bahaya yang masih dalam
batas-batas yang diinginkan.
c) Kapasitas
yang Mungkin (Possible Capacity)
Kapasitas yang mungkin adalah jumlah
kendaraan atau orang maksimum yang dapat melintasi suatu penampang jalan
tertentu selama 1 jam pada kondisi jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku
(pada saat itu).
Kapasitas
yang mungkin nilainya lebih kecil daripada kapasitas rencana.
2.2.2.
Perhitungan
Kapasitas Ruas Jalan
Kapasitas ruas jalan dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu:
a. Ada
atau tidaknya pembatas jalan (median)
© Jika
terdapat median maka kapasitas dihitung terpisah untuk setiap arah.
© Jika
tanpa pembatas jalan maka kapasitas dihitung untuk kedua arah.
b. Lokasi
ruas jalan
© Urban
(perkotaan) memperhitungkan FCcs yaitu
faktor koreksi akibat ukuran kota (jumlah penduduk).
© Interurban
(rural) tidak memperhitungkan FCcs.
Persamaan umum untuk menghitung
kapasitas jalan menurut Metode IHCM’97
adalah sebagai berikut :
-. Kapasitas
jalan untuk daerah perkotaan adalah
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
(smp/jam)
Dimana,
C :
kapasitas ruas jalan (smp/jam)
Co :
kapasitas dasar (smp/jam)
FCCw :
faktor koreksi kapasitas untuk lebar
jalan
FCsp :
faktor koreksi kapsitas akibat pembagian arah (tidak berlaku bagi
jalan satu arah)
FCsf :
faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping.
FCcs :
faktor koreksi akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
-. Kapasitas
ruas jalan untuk daerah interurban (rural) dirumuskan :
C = Co x FCw x FCsp x FCsf (smp/jam)
Kapasitas sistem jaringan jalan
perkotaan tidak saja dipengaruhi oleh kapasitas ruas jalannya teteapi juga oleh
kapasitas setiap persimpanganya (baik yang diatur oleh lampu lalu lintas maupun
tidak ). Bagaimanapun baiknya kinerja ruas jalan dari suatu sistem jaringan
jalan, jika kinerja persimpangannya sangat rendah maka kinerja seluruh sistem
jaringan jalan tersebut akan
menjadi rendah pula (Ofzar Z. Tamin, 2000).
Kapasitas lengan persimpangan lalu
lintas dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1. Nilai
arus jenuh.
2. Waktu
hijau efektif
3. Waktu
siklus.
Dirumuskan,
C =
Faktor
yang Mempengaruhi Kapasitas Ruas Jalan
-. Kondisi lalu lnitas
-. Kondisi jalan
-. Kondisi fasilitas jalan.
2.2.3.
Tingkat
Pelayanan
Tingkat pelayanan atau “Level of
Seervice” adalah tingkat pelayanan dari suatu jalan yang menggambarkan kualitas
suatu jalan dan merupakan batas kondisi pengoperasian.
Tingkat pelayanan suatu jalan merupakan
ukuran kualitatif yang digunakan United States Highway Capacity Manual (USHCM
1985) yang menggambarkan kondisi operasional lalu lintas dan penilaian oleh
pemakai jalan.
Ø Ukuran Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan suatu jalan menunjukan
kualitas jalan diukur dari beberapa faktor, yaitu:
1. Kecepatan
dan waktu tempuh
2. Kerapatan
(density)
3. Tundaan
(delay)
4. Arus
lalu lintas dan arus jenuh (saturation flow)
5. Derajat
kejenuhan (degree of saturation)
Ø Klasifikasi
Tingkat Pelayanan
1. Tingkat
pelayanan tergantung arus.
© Tingkat
pelayanan A (arus bebas)
© Tingkat
pelayanan B (arus stabil, untuk merancang jalan antar kota)
© Tingkat
pelayanan C (arus stabil, untuk merancang jalan perkotaan)
© Tingkat
pelayanan D (arus mulai tidak stabil)
© Tingkat
pelayanan E (Arus tidak stabil)
© Tingkat
pelayanan F (arus terpaksa)
V/C RASIO
|
Tingkat Pelayanan
|
Keterangan
|
Jalan
|
||
< 0.60
|
A
|
Arus lancar, volume
rendah, kecepatan
|
Tinggi
|
||
0.60 - 0.70
|
B
|
Arus stabil, kecepatan
terbatas, volume
|
sesuai untuk jalan
luar kota
|
||
0.70 - 0.80
|
C
|
Arus stabil, kecepatan
dipengaruhi oleh
|
lalu lintas, volume
sesuai untuk jalan kota
|
||
0.80 - 0.90
|
D
|
mendekati arus tidak
stabil, kecepatan
|
Rendah
|
||
0.90 - 1.00
|
E
|
Arus tidak stabil,
kecepatan rendah,
|
volume padat atau
mendekati kapasitas
|
||
> 1.00
|
F
|
Arus yang terhambat,
kecepatan rendah,
|
volume diatas
kapasitas, banyak berhenti
|
2. Tingkat
pelayanan tergantung fasilitas.
2.2.4.
Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan
antara arus total sesungguhnya (Qtot) dengan kapasitas sesungguhnya (C). Nilai
derajat kejenuhan suatu ruas jalan bervariasi dari 0-1.
Derajat kejenuhan merupakan pencerminan
kenyamanan pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya. Secara kualitatif dapat
dikatakan bahwa kenyamanan pengemudi meningkat dengan menurunya rasio volume
(V) lalu lintas terhadap kapasitas (C)
pada jalur yang dilalui.
Ada 3 kondisi v/c yaitu,
1. V/C
< 1, maka volume lalu lintas masih di bawah kapasitasnya.
2. V/C
= 1, maka vloume lalu lintas sama dengan kapasitasnya.
3. V/C
> 1, maka volume lalu lintas telah melebihi kapasitasnya.
2.3. Metode Analisis Simpang
Bersinyal
Simpang
adalah suatu area kritis pada suatu jalan raya yang merupakan titik konflik dan
tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro, 1973).
Karena merupakan tempat terjadinya konflik dan kemacetan maka hampir semua
simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Untuk menganalisis
simpang bersinyal ada beberapa cara yaitu salah satunya metode akcelik dan
SIDRA
2.3.1. Metode akcelik
Metode hasil pengembangan lebih lanjut dari
Rahmi Akcelik, sebenarnya didasarkan pada kerangka dasar desain terdahulu
(Miller 1968b; Webster and Cobbe 1966). Akcelik mengubah teknik tradisional
yang didasarkan atas metode phase-related kepada pendekatan movement-related.
Salah satu aspek penting di sini, adalah penggunaan konsep movement lost
time, sebagai pengganti phase lost time. Juga penerapan waktu hilang
persimpangan (intersection lost time), yang didefinisikan sebagai jumlah
waktu hilang pergerakan kritis, mengganti konsep jumlah waktu hilang seluruh
fase. Pendekatan baru ini membuat pengertian lebih jelas atas hubungan
pergerakan dan karakteristik fase sinyal serta memungkinkan penanganan terhadap
sistem sinyal yang kompleks dengan multi-fase.
Menurut Akcelik, setiap antrian yang terpisah (separate
queue) yang sedang menuju persimpangan, lalu diklasifikasi berdasarkan
arah, penggunaan lajur dan penyediaan hak berjalan melintasi persimpangan,
dikategorikan sebagai suatu pergerakan (movement). Dan pengalokasian hak
berjalan bagi pergerakan individual ditentukan berdasarkan pengaturan fase
sinyal. Pergerakan dari masing-masing pendekat didasarkan atas hak berjalan
tersendiri (pengaturan fase) dan alokasi lajur dengan karakteristik
penggunaannya. Ini berarti bahwa setiap pergerakan memiliki karakteristik
pengaturan sinyal tersendiri, berikut lajur menunggu maupun keluar untuk
meninggalkan persimpangan.
2.3.2. Metode Sidra
Sidra
Intersection (sebelumnya disebut Sidra dan aaSIDRA) adalah paket perangkat
lunak yang digunakan untuk persimpangan (junction) kapasitas, tingkat layanan
dan analisis kinerja oleh lalu lintas desain, operasi dan profesional
perencanaan. Pertama kali dirilis pada tahun 1984, telah dalam pembangunan
berkelanjutan dalam menanggapi umpan balik pengguna. Sebuah versi dengan
kemampuan jaringan pemodelan saat ini sedang dalam pembangunan.
Sidra
Persimpangan merupakan alat evaluasi lalu lintas mikro-analitis yang
menggunakan jalur-by-jalur dan model kendaraan berkendara siklus. Hal ini dapat
digunakan untuk membandingkan pengobatan alternatif yang melibatkan
persimpangan bersinyal, bundaran (tanpa lampu), bundaran dengan sinyal
metering, dua arah berhenti dan memberikan arah (yield) Kontrol tanda, semua
arah (4-way dan 3-way) menghentikan kontrol tanda, penggabungan, single-titik
susun perkotaan, segmen jalan bebas hambatan dasar dan bersinyal dan
penyeberangan tengah-tengah blok tanpa lampu lalu lintas untuk pejalan kaki
Di
Australia dan Selandia Baru, Sidra temu didukung oleh Austroads. Di Amerika
Serikat, Sidra temu diakui oleh US Manual Kapasitas Jalan TRB / FHWA 2010
Panduan Roundabout (NCHRP Laporkan 672) dan berbagai panduan bundaran lokal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam upaya mengatasi masalah lalu lintas dengan
melakukan tindakan dalam usaha untuk menambah kapasitas ruang jalan ataupun
memaksimalkan lebar efektif yang sesuai dengan kapasitas arus lalu lintas
dengan melakukan pelebaran jalan serta pengaturan simpang agar tingkat
kecelakaan dan tundaan bias di minimumkan secara maksimal dan efektif.
Terkadang hal itu tidak bisa dilakukan melihat keadaan lingkungan yang tidak
memungkinkan ataupun bila dipaksakan akan sangat mahal biaya dan tingginya
dampak social yang akan timbul.
3.2. Daftar Pustaka
v id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_lalu_lintas
v rekayasalalulintas.blogspot.com/
v id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas
v Kumpulan referensi
v http://hapusketidakadilan.blogspot.com/2011/06/rekayasa-lalu-lintas.html
Komentar
Posting Komentar